Selasa, 31 Januari 2012

17 Keajaiban Dunia yang Mengagumkan – Inilah informasi seputar keajaiban dunia yang mungkin tak banyak dari kita yang mengetahui serta mensyukuri warisan sejarah dunia yang masih tersisah untuk kita hingga saat ini. Keajaiban Dunia yang mengaumkan ini merupakan warisan baik itu buatan manusia maupun keajaiban allah dalam alam yang tersaji begitu indah.

1.Banaue Rice Terraces di Filipina
Dari gambar ini kelihatan luar biasa, ya, sawah irigasi kuno yang berumur 2000 tahun. Terletak di gunung Ifugao Filipina, terkenal dengan sebutan Banaue Rice Terraces. Tidak muluk-muluk, tapi Filipina merasa cukup puas seandainya Banaue Rice Terraces ditempatkan sebagai “Keajaiban Dunia ke Delapan”.
Diperkirakan, sawah yang ‘diukir’ di gunung Ifugo ini, dibuat dengan peralatan yang sangat tradisional oleh nenek moyang bangsa Filipin. Sawah petak ini berada di 1.500 meter di atas permukaan laut dan mengelilingi lereng gunung sejauh 10.360 kilometer persegi.
Yang luar biasa, nenek moyang sudah mengatur sedemikian rupa pengairan sawah yang berasal dari hutan yang berada atas persawahan itu. Penduduk setempat sampai hari ini masih menanam pati juga sayuran di sawah itu.
Erosi, merupakan salah satu ancaman bagi keberadaan sawah kuno ini. Karenanya, pemerintah juga warga sekitar sangat peduli hal ini, perawatan serta rekonstruksi dilakukan terus menerus, untuk menjaga kelestariannya.
2.Sigiriya di Sri Langka
Ini adalah sisa-sisa peninggalan istana kuno yang terletak di atas bukit batu. Sigiriya atau Batu Singa, begitu sebutannya. Terletak di Matale District, Sri Lanka, dikelilingi hutan, waduk, juga kebun. Letaknya yang unik, ditambah dengan pemandangan menakjubkan, membuat Sigiriya banyak dikunjungi wisatawan. Melihat dari udara, Sigiriya seperti lukisan kuno yang mengingatkan orang pada Ajanta Caves di India.
Sigiriya dibangun pada masas pemerintahan Raja Kassapa I yang memerintah dari 477-495 AD. Tempat ini adalah satu dari tujuh peninggalan kuno yang dimiliki Sri Langka. Diduga, Sirigiya didiami sejak masa pra-sejarah. Lalu, pada abad ke-5 BC, tempat ini dipakai sebagai biara.
3. Tower of Hercules di Spanyol
Menara Hercules adalah mercu suar kuno peninggalan Romawi yang terletak di semenanjung, sekitar 2,4 kilometer (1,5 mil) dari pusat Corunna, Galicia, barat laut Spanyol. Nama Corunna berasal dari kolom kuno. Tinggi tower ini 55 meter menghadap pantai Atlantik Utara, Spanyol. Mercusuar Hercules berusia 1900 tahun, peninggalan Romawi yang masih beroperasi hingga kini Konon, usia tower ini sudah mencapai 1900 tahun, direhabilitasi tahun 1791. Ini adalah mercu suar peninggalan Romawi yang hingga kini masih difungsikan.
4. Toru, Kota Kuno di Polandia Utara yang Masih Eksis
Toru adalah kota di Polandia utara, persisnya di Vistula River. Ini adalah kota kuno yang telah ada sejak 1100 BC yang sampai sekarang masih eksis. Kota ini adalah kota kelahiran Nicolaus Copernicus (Seorang astronom, matematikawan, dan ekonom. Teorinya yang terkenal adalah matahari sebagai pusat Tata Surya, menjungkirbalikkan teori geosentris tradisional —yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta— dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting sepanjang masa, dan merupakan titik mula fundamental bagi astronomi modern dan sains modern.
Teori ini menimbulkan revolusi ilmiah) Torun kota kuno di Polandia masih eksis hingga kini. Diduga kota ini sudah ada tahun 1100 BC Toru menjadi cikal bakal pemukiman pertama di daerah itu, diperkirakan telah ada sejak 1100 BC. Kota itu berkembang pada abad pertengahan, yakni abad ke 7 hingga ke 13. Kemudian Kesatria Teutonic membangun benteng di sekitar pemukiman, antara tahun 1230-31. Pada 1263, biarawan Franciscan menetap di daerah itu mengikuti Dominika pada 1239.
Kota ini semakin berkembang dengan dibangunnya kota baru di dekat Toru. Kedua kota ini berkembang menjadi pusat perdagangan penting pada abad pertengahan.
Kalau anda melihat potret ini, sungguh menarik. Tempat ini sejak dulu hingga sekarang banyak dikunjungi. Kalau dulu karena menjadi kota dagang, sedang sekarang menjadi kota wisata yang sarat dengan sejarah masa lalu.
5.Ajanta Caves di India
Goa Ajanta di Maharashtra, salah satu dari banyak peninggalan kuno yang ada di India. Yang menakjubkan di goa ini banyak terdapat lukisan juga patung-patung Buddha bernilai seni tinggi. Diperkirakan, monumen-monumen yang ada dalam goa ini mulai digarap pada abad ke 2 BC.
Tapi goa di Ajanta ini kemudian ditinggalkan. Selama 1300 tahun goa ini terbengkalai, di bagian luar, belukar tumbuh tinggi, akhirnya menjadi hutan yang otomatis menyembunyikan keberadaan goa ini. Tidak ada yang pernah tahu bahwa di sana tersimpan ‘warisan dunia’ yang luar biasa. Sampai akhirnya pada musim semi tahun 1819 seorang perwira Inggris, tanpa sengaja memasuki ngarai yang curam.
Semakin dalam dia masuk ke sana, dan dia luar biasa kaget karena ia menemukan sebuah pintu tersembunyi di salah satu gua. Inilah kunjungan pertama manusia setelah ribuan tahun. Ketika ditemukan goa itu hanyalah ‘rumah’ burung dan kalelawar serta binatang lainnya. Kapten Smith kemudian melakukan eksplorasi pertama untuk mengetahui ‘isi’ dari goa misterius itu. Nama Kapten Smith ini diketahui, karena yang bersangkutan menuliskan namanya pada dinding goa dan tahun kedatangannya. Ia menulis, “Kapten Smith, April 1819”.
6. Lembah Bunga di Himalaya
Lembah Bunga adalah lembah yang berada di ketinggian Himalaya. Para pendaki juga ahli botani menggambarkan lembah itu luar biasa indah, sudah ada sejak lebih dari seabad lebih, bahkan dalam mitologi Hindu, penggambaran keberadaan lembah ini sudah ada sejak jaman dahulu kala.
Hamparan yang lembut, padang rumput di selingi bunga-bungaan warna warni, sangat indah dan nyaris menyesakkan nafas memandangnya. Lembah bunga yang indah semakin lengkap dengan adanya background gunung dan hutan. Lembah bunga ini dinyatakan taman nasional (Nanda Devi National Park) pada 1982. Masyarakat setempat mengetahui keberadaan lembah bunga ini, mereka meyakini bahwa tempat itu dihuni oleh kawanan peri.



7. Metéora, Bangunan di Puncak Gunung Batu Athos, Yunani
Lihat gambar-gambar ini, pasti anda takjub. Bagaimana bisa sebuah castile bisa berdiri di puncak gunung batu. Terbayangkan betapa sulitnya pembangunan castle ini, padahal usianya sudah ratusan tahun. Ini adalah kompleks biara-biara ortodoks Timur paling besar dan paling penting di Yunani. Persisnya, biara-biara ini dibangun di puncak gunung batu Athos.
Ada enam biara di kompleks ini. Persisnya berada di kawasan Thessaly, dekat sunagi Pineios, pinggir baratlaut Yunani Tengah.Yang cuku menarik adalah akses menuju biara yang sangat sulit. Konon, dulunya untuk mencapai biara digunakan tanggap panjang atau semacam jala yang dipakai untuk menaikkan dan menurunkan barang, termasuk manusia. Dibutuhkan kekuatan iman untuk bisa mencapai biara ini.



8.Chichen Itza

Merupakan peninggalan arkeologi suku Maya di Meksiko yang paling lengkap serta masih terawat dengan baik. Menurut buku budaya suku Maya dari Chilam Balam, kompleks candi ini dibangun antara tahun 502-522 Masehi. Suku Maya hanya menempatinya selama 200 tahun, kemudian mereka berpindah ke daerah pantai di Campeche. Itza merupakan titik sentral kompleks bangunan lainnya seperti Piramida Kukulcan, Candi Chac Mool, dan bangunan Seribu Tiang.

9. Colosseum Italia, Roma

Adalah sebuah gedung pertunjukan yang besar/amphitheatre, terletak di Ibukota Negara Italia, Roma, bernama asli “Flavian Amphitheatre”, didirikan oleh Raja Vespasian dan terselesaikan oleh anaknya Titus. Ada yang berpendapat bahwa Colosseum dibuat pada tahun 79 SM. Asal nama Colosseum berasal dari sebuah patung setinggi 130 kaki atau 40 m yang bernama Colossus. Tempat ini di set untuk menampung 50.000 orang penonton.

10. Great Wall of China

Tembok Raksasa Cina atau Tembok Besar merupakan bangunan terpanjang yang pernah dibuat oleh manusia, terletak di Republik Rakyat Cina. Panjangnya adalah 6.400 kilometer (dari kawasan Sanhai Pass di timur hingga Lop Nur di sebelah barat) dan tingginya 8 meter dengan tujuan untuk mencegah serbuan bangsa Mongol dari Utara pada masa itu. Lebar bagian atasnya 5 m, sedangkan lebar bagian bawahnya 8 m. Setiap 180-270 m dibuat semacam menara pengintai. Tinggi menara pengintai tersebut 11-12 m. Untuk membuat tembok raksasa ini, diperlukan waktu ratusan tahun di zaman berbagai kaisar.

11. Machu Picchu di Peru

Machu Picchu (“Gunung Tua” dalam bahasa Quechua; sering juga disebut “Kota Inca yang hilang”) adalah sebuah lokasi reruntuhan Inca pra-Columbus yang terletak di wilayah pegunungan pada ketinggian sekitar 2.350 m. diatas permukaan laut. Berada di atas lembah Urubamba di Peru, sekitar 70 km barat laut Cusco. Merupakan simbol Kerajaan Inka yang paling terkenal. Dibangun pada sekitar tahun 1450, tetapi ditinggalkan seratus tahun kemudian, ketika bangsa Spanyol berhasil menaklukan Kerajaan Inka.

12. Petra di Yordania

Adalah sebuah situs arkeologikal di Yordania, terletak di dataran rendah di antara gunung-gunung yang membentuk sayap timur Wadi Araba, lembah besar yang berawal dari Laut Mati sampai Teluk Aqaba. Petra adalah kota yang didirikan dengan memahat dinding-dinding batu di Yordania. Simbol teknik dan perlindungan. Kota ini didirikan dengan mengali dan mengukir cadas setinggi 40 meter. Petra merupakan ibukota kerajaan Nabatean. Didirikan pada 9SM-40M oleh Raja Aretas IV sebagai kita yang sulit untuk ditembus musuh dan aman dari bencana alam seperti badai pasir. Nabatean membangun Petra dengan sisitem pengairan yang luar biasa rumit. Terdapat terowongan air dan bilik air yang menyalurkan air bersih ke kota, sehingga mencegah banjirmedadak. Mereka juga memiliki teknologi hidrolik untuk mengangkat air.

13. Taj Mahal di Agra, India

Adalah sebuah monumen yang terletak di Agra, India. Dibangun atas keinginan Kaisar Mughal Shah Jahan, anak Jahangir, sebagai sebuah musoleum untuk istri Persianya, Arjumand Banu Begum, juga dikenal sebagai Mumtaz-ul-Zamani atau Mumtaz Mahal. Pembangunan menghabiskan waktu 23 tahun (1630-1653) dan merupakan sebuah adi karya dari arsitektur Mughal. Shah Jahan memerintahkan Ustad Ahmad membuat bangunan ini. Ustaz Ahmad mengumpulkan 20.000 orang pekerja yang terdiri dari tukang batu, tukang emas, dan pengukir yang termasyhur dari seluruh dunia. Dengan bumbung, kubah dan menara yang buat dari marmer putih, serta seni mozak yang indah. Sebanyak 43 jenis batu permata, termasuknya yaitu berlian, jed, kristal, topaz, dan nilam telah digunakan untuk memper indah Taj Mahal.

14. Giza Pyramid – Nekropolis Giza

Adalah piramida tertua dan terbesar dari tiga piramida yang ada di Nekropolis Giza. Dibangun sebagai makam untuk firaun dinasti keempat Mesir, Khufu. Dibangun selama lebih dari 20 tahun dan diperkirakan berlangsung pada sekitar tahun 2560 SM. Tiga piramida yang lebih kecil untuk istri Khufu, dan sebuah piramida “satelit” yang lebih kecil lagi, berupa lintasan yang ditinggikan, dan makam-makam mastaba berukuran kecil di sekeliling piramida para bangsawan.



15. Acropolis of Athens – Athena

Acropolis adalah dataran tinggi berbatu setinggi 156 m, dan ada beberapa reruntuhan bangunan kuno yang dulunya adalah kuil yg menjadi pusat sejarah Athena. Mulai dibangun 1.300 tahun SM. Acropolis sebenarnya sebuah kota kecil yang permai, sampai kerajaan Persia menghancurkannya di tahun 480 SM. Setahun kemudian tentara Yunani mengalahkan Persia dan membangun ulang kuil-kuil itu. Antara tahun 467 sampai 404 SM, bangunan tersebut selesai dibangun. Pada tahun 1834 Athena menjadi ibukota Yunani, raja Otto menetapkan Acropolis sebagai bangunan arkeologi yang dilindungi. Tahun 1975 Acropolis direstorasi.

16. Alhambra – di Granada, Spanyol

Adalah nama sebuah kompleks istana sekaligus benteng yang megah dari kekhalifahan bani ummayyah di Granada, Spanyol bagian selatan (dikenal dengan sebutan Al-Andalus ketika benteng ini didirikan), yang mencakup wilayah perbukitan di batas kota Granada. Istana ini dibangun sebagai tempat tinggal khalifah beserta para pembesarnya.

17. Christ The Redeemer

Atau Patung Kristus Penebus (bahasa Portugis: Cristo Redentor) adalah patung Yesus Kristus dengan gaya arsitektur Art Deco terbesar dan terdapat di Rio de Janeiro, Brasil. Patung memiliki tinggi 38 meter dan terletak di puncak dari Gunung Corcovado yang tingginya 710 m di Taman Nasional Hutan Tijuca, yang menghadap ke kota.

Itulah 17 Keajaiban Dunia yang masih terjaga hingga kini. Semoga bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita, wassalam.

Sabtu, 28 Januari 2012

BADAI MATAHARI 2012

Hal ini dikemukakan Deputi Bidang Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, Rabu (25/1/2012), di Jakarta.

Badai Matahari yang ditandai munculnya flare ini masuk skala menengah tinggi (M8-9), dengan indikator pancaran sinar-X yang mencapai 10 - 5 hingga 10 – 4 watt per meter persegi. Badai Matahari disebut mencapai skala sangat kuat (ekstrem) bila berskala 10 – 4 hingga 10 – 3 watt per m2.

Serbuan partikel proton ke Bumi diantisipasi dengan mengalihkan jalur penerbangan jarak jauh dari Amerika Serikat ke Asia dan sebaliknya yang melintasi kutub Utara.

Paparan partikel proton ini tidak berdampak bagi Bumi karena ada lapisan magnetosfer yang menahan partikel tersebut. Radiasi dari badai Matahari juga akan diserap lapisan ozon.

Badai Matahari antara lain pernah menimbulkan dampak pada tahun 1989 dan tahun 2000 bagi sistem kelistrikan di negara- negara di lintang tinggi dan dekat kutub, antara lain Kanada.

Pantauan di Indonesia

Partikel energetik proton mencapai Bumi Selasa (24/1) malam waktu Indonesia. Menurut Clara Yono Yatini, Kepala Pusat Sains Antariksa Lapan, badai Matahari telah memengaruhi komunikasi radio antarstasiun milik Lapan hingga terjadi blackout.

Kondisi geomagnet di Indonesia terpantau di tujuh stasiun Lapan, yaitu di Kototabang, Sumatera Barat; Tanjungsari, Jawa Barat; Pontianak, Kalimantan Barat; Biak, Papua; Manado, Sulawesi Utara; Parepare, Sulawesi Selatan; dan Kupang, Nusa Tenggara Timur. Hasil pantauan tidak menunjukkan gangguan berarti, kata Clara.

Thomas menjelaskan, flare ini merupakan yang pertama kali terpantau sejak Mei 2005. Kelas M yang mendekati kelas X, dampaknya akan kuat bila mengarah ke bumi.

Flare dari teropong di Bumi tampak berupa bintik hitam di permukaan Matahari dan akan meningkat menjadi letupan terang. Sinar-X yang terpancar dari letupan itu terekam pada satelit Geostationary Operational Environmental Satellite.

Flare diikuti lontaran massa dari korona Matahari. Yang menonjol adalah proton yang melesat dengan kecepatan 1.400 kilometer per detik.

Korona terdeteksi oleh wahana pemantau Matahari SOHO pada posisi antara Bumi dan Matahari berjarak 1.500.000 km dari Bumi (4 kali jarak Bumi-Bulan). "Partikel bermuatan dari Matahari itu tampak seperti hujan salju, berarti mengarah ke arah bumi," kata Thomas.

Anomali cuaca Matahari ini akan memengaruhi ionosfer. Lapisan ini digunakan untuk memantulkan gelombang pendek pada komunikasi radio. Komunikasi radio frekuensi HF akan terganggu, termasuk siaran radio luar negeri, seperti BBC, VOA, dan ABC. Navigasi berbasis satelit, seperti GPS, juga dapat terganggu akurasinya.

Badai Matahari berskala menengah tinggi ini berpotensi mengganggu operasional satelit, seperti satelit komunikasi. Bila gangguan tidak dapat diatasi oleh operator satelit, ada kemungkinan akan mengganggu telekomunikasi penggunaan telepon seluler, siaran TV, dan komunikasi data perbankan.

Namun, tidak benar radiasi dari Matahari itu akan berefek langsung bagi tubuh manusia. Juga tidak ada efek radiasi ketika berkomunikasi menggunakan telepon seluler. "Kalau ada berita itu hanya hoax," kata Thomas. Efek paparan proton hanya terjadi di wilayah kutub
Badai Matahari Akan Maksimum pada 2013
NASA
Ledakan Matahari yang terjadi pada Senin (23/1/2012) pukul 10.59 WIB. 1
JAKARTA, KOMPAS.com - Badai Matahari yang terpantau Senin (23/1/2012) pukul 10.50 WIB berhasil diantisipasi sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Bagi Indonesia, fenomena alam ini tidak memberi pengaruh berarti. Badai Matahari ini diperkirakan akan mencapai ekstrem pada tahun 2013.

Kamis, 11 Februari 2010

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

Kamis, 21 Januari 2010

Masalah dalam Desain Pembelajaran


Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misahwa sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya.Termasuk di dalamnya adalah
pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembela.jarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran, pada bagian ini akan dipelajari tentang: Pengertian teori dan model; Teori dasar behavioris, kognitif, dan konstruktif; Model pembelajaran; Taksonomi Bloom; Perbaikan taksonomi Bloom;Model kondisi belajar Robert Gagne; serta Model pemrosesan informasi.

Pengertian Teori dan Model

Untuk memahami teori dan model pembelajaran perlu dipahami pengertian teori dan model. Pada bagian ini akan dipelajari tentang pengertian teori dan model agar pembaca dapat memilih teori dan model secara tepat.Apakah Teori? Dorin, Demmin, dan Gabel (1990) menjelaskan beberapa pengertian teori yang meliputi;Suatu teori menyajikan penjelasan umum berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam jangka lama; Suatu teori menjelaskan dan meramalkan perilaku.Suatu teori tidak dibangun dalam keraguan. Suatu teori dapat dimodifikasi. Kebanyakan teori tidak dapat dibuang seluruhnya bila diuji kembali, tetapi teori dapat diterima dalam waktu yang lama kemudian menjadi usang dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga tidak diterima lagi.
Menyimak pengertian teori di atas, pemilihan teori yang digunakan dalam pembelajaran perlu dilakukan secara cermat dan tepat. Penentuan teori dalam pembelajaran sangat penting karena dapat mewujudkan keberhasilan yang lebih nyata. Dengan memilih dan menggunakan teori, seorang guru dapat lebih berkomunikasi secara universal bersama guru lainnya dari sekolah mana pun, karena penyusunan teori telah diuji kebenarannya dalam waktu yang lama dan di berbagai tempat di belahan dunia ini. Teori tidak dibangun dalam keraguan artinya teori itu telah dapat diterima oleh banyak pihak. Walau demikian, seperti dijelaskan oleh Dorm, Demmin, dan Gabel (1990) suatu teori dapat dimodifikasi karena dalam beberapa hal teori dapat usang atau tetap terkini (up to date), hanya penerapannya belum tentu sesuai dalam suatu kondisi tertentu. Oleh karena itu, suatu teori yang dipilih dan ditentukan perlu dipahami dengan jelas sehingga dapat diterapkan dengan mudah dalam konteks yang berlainan. Selanjutnya, penerapan teori dapat disesuaikan apabila setelah dicermati terdapat fakta yang mengharuskan demikian. Penerapan suatu teori tidak dapat dipaksakan bila keadaan sangat tidak memungkinkan. Adalah hal yang tidak bijaksana apabila kita menerapkan teori hanya karena teori itu sendiri atau demi keterlaksanaan teori sebagai alasan akademis. Alasan praktis juga perlu digunakan untuk menentukan dan menerapkan teori dalam pembelajaran sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara lebih efisien. Dalam desain pembelajaran dikenal dasar teori meliputi teori behavioris, kognitif, dan konstruktif.

Apakah Model?
Sebuah model merupakan gambaran mental yang membantu kita untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung (Dorin, Demmin, dan Gabel, 1990) Model dapat berupa skema, bagan, gambar, dan tabel. Model menjelaskan keterkaitan berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang disajikan secara utuh. Model dapat membantu kita melihat kejelasan keterkaitan secara lebih cepat, utuh, konsisten, dan menyeluruh. Hal ini disebabkan suatu model disusun dalam upaya mengkonkretkan keterkaitan hal-hal abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar, atau tabel. Dengan mencermati model kita dapat membaca uraian tentang banyak hal dalam sebuah pola yang mencerminkan alur pikir dan pola tindakan.
Teori Dasar-Behavioris, Kognitif, dan Konstruktif
Secara umum dikenal teori-teori mendasar yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Kurikulum apa pun tidak dapat menganut salah satu teori secara utuh dengan mengabaikan teori dasar lainnya. Suatu teori tentang ilmu sosial termasuk pendidikan dapat mempunyai kekuatan dan kelemahan. Oleh karena itu, teori dapat saling melengkapi dan saling menguatkan. Kurikulum Berbasis Kompetensi cenderung menggunakan teori-teori dasar tersebut dengan saling melengkapi. Idealnya dalam Kurikulunn Berbasis Kompetensi hanya dipilih satu teori misalnya konstruktivis, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa teori behavioris tetap dapat digunakan terutama untuk melihat perubahan perilaku yang jelas, misalnya dalam merumuskan tujuan. Berikut akan kita cermati teori dasar yang dapat digunakan dalam pembelajaran, yaitu behavioris, kognitif, dan konstruktif. Kemudian akan kita cermati pula kekuatan dan kelemahan ketiga teori dasar tersebut.
Behavioris
Behavioris berdasarkan pada perubahan perilaku. Behavioris menekankan pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis. Teori behavioris dalam belajar telah dikenal sejak Aristoteles mengemukakan bahwa 'ingatan' selalu difokuskan pada keterkaitan yang dibuat antara berbagai kejadian, misalnya cahaya dan petir. Pelopor teoiri behavioris yang terkenal adalah Pavlov, Watson. Thorndike, dan Skinner. Pavlov ( 1849- 1936) seorang ahli fisiolog (ilmu faal) dari Rusia, mengemukakan teori ini berdasarkan percobaannya yang terkenal dengan melibatkan makanan, anjing, dan bel. Sebelum dikondisikan, bunyi bel tidak memberikan respon dari seekor anjing, setelah diberi makanan anjing itu mulai mengeluarkan air liur. Dalam pengkondisian, bel dibunyikan beberapa detik sebelum anjing diberi makanan, kemudian setelah pengkondisian terdapat perubahan perilaku: anjing itu dapat mengeluarkan air liur bila mendengar bel berbunyi. Pavlov menggunakan hipotesis stimulus (rangsang)-respon (tanggapan). Makanan merupakan stimulus yang tidak dikondisikan sedangkan bel merupakan stimulus yang dikondisikan. Mengeluarkan air liur sebelum mendengar bel merupakan respon yang tidak dipelajari, sedangkan mengeluarkan air liur setelah mendengar bel merupakan respon (terhadap bel) sebagai hasil pembelajaran. Thorndike (1874- 1949) mengemukakan hubungan sebah akibat antara stimulus dan respon. Hubungan ini dikenal dengan hukum akibat latihan, dan kesiapan. Hukum akibat menyatakan bahwa ketika stimulus dan respon dihargai secara positif (diberi hadiah) akan terjadi penguatan dalam belajar. Sebaliknya bila hubungan ini dihargai negatif (diberi hukuman) akan terjadi penurunan dalam motivasi belajar. Hukum latihan mengatakan bahwa pelatihan yang berulang-ulang tanpa pemberian balikan (feedback) belum tentu memotivasi kinerja seseorang. Kemudian hukum kesiapan menyatakan struktur sistem saraf seseorang dapat mempunyai kecenderungan tertentu dalam perubahan pola perilaku tertentu. Menurut Watson (1878-1958): seseorang dilahirkan dengan beberapa reflek serta reaksi emosional terhadap cinta dan kegusaran. Perilaku lainnya dapat dibangun melaluii hubungan stimulus-respon dalam pengkondisian. Skinner (1904-1940), seperti Pavlov, "Thorndike, dan Watson, meyakini pola hubungan stimulus-respon. Tetapi berbeda dengan para pendahulunya, teori Skinner menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang. Oleh karena itu, para pendahulunya dikatakan sebagai menguna¬kan kondisi klasikal, sedangkan Skinner menggunakan kondisi operasional atau perilaku sukarela yang digunakan dalam suatu lingkungan tertentu. Kondisi operasional ini meliputi: Penguatan positif atau penghargaan, tanggapan yang dihargai akan cenderung diulangi (nilai tinggi membuat seseorang belajar lebih giat) Penguatan negatif, tanggapan yang memungkinkan terjadinya keadaan untuk meloloskari diri dari hal yang tidak diinginkan atau ketidaknyamanan cenderung akan diulangi (memungkinkan pemberi¬an alasan untuk terlambat mengerjakan pekerjaan rumah akan mem¬buat seseorang tidak tepat waktu menyampaikan pekerjaan rumah yang lainnya). Pemadaman atau tanpa penghargaan, tanggapan yang tidak diberi penguatan cenderung tidak akan diulangi (mengabaikan alasan untuk terlambat ke sekolah, akan membuat seorang peserta didik jera datang terlambat.

Hukuman, tanggapan yang diberi konsekuensi yang tidak menye¬nangkan atau menyakitkan akan membuat seseorang merasa tertekan, tetapi perilakunya akan muncul kembali bila aturannya berubah (menghukum peserta didik yang mengganggu peserta didik lain akan menghentikan tindakan mengganggu tersebut).
Ringkasan dari teori behavioris yang dikemukakan Pavlov, Thomdike, Watson, dan Skinner sebagai berikut: (a) Menekankan perhatian pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah seseorang diberi perlakuan, (b).Perilaku dapat dikuatkan atau dihentikan melalui ganjaran atau hukuman, (c).Pengajaran direncanakan dengan menyusun tujuan instruksional yang dapat diukur atau diamati, (d) Guru tidak perlu tahu pengetahuan apa yang telah diketahui dan apa yang terjadi pada proses berpikir seseorang.
Implikasi dari teori belravioris dalam pendidikan sangat mendalam. Guru menulis tujuan instruksional dalam persiapan mengajar, yang kemudian akan diukur pada akhir pembelajaran. Guru tidak memerhatikan hal-hal apa yang telah diketahui peserta didik, atau apa yang peserta didik pikirkan selama proses pengajaran berlangsung. Guru mengatur strategi dengan memberikan ganjaran (berupa nilai tinggi atau pujian) dan hukuman (nilai rendah atau hukuman lain). Guru lebih menekankan pada tingkah laku apa yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman peserta didik terhadap sesuatu.
Kognitif
Kognitif merupakan teori yang, berdasarkan proses berpikir di belakang perilaku. Peruhahan perilaku diamati dan digunakan sebagai indikator terhadap apa yang terjadi dalam otak peserta didik.
Pelopor teori kognitif yang terkenal adalah Jean Piaget. Gagasan utama teori kognitif adalah perwakilan mental. semua gagasan dan citraan (image) seseorag diwakili dalam struktur mental yang disebut skema. Skema akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima akan dipahami seseorang . Jika informasi sesuai dengan skema yang ada, maka peserta didik akan menyerap informasi tersebut ke dalam skema ini. Seandainya tidak sesuai dengan skema yang ada, informasi akan ditolak atau diubah, atau disesuaikan dengan skema, atau skema yang akan diubah dan disesuaikan.
Penganut teori kognitif mengakui bahwa belajar melibatkan penggabung¬an-penggabungan (associations) yang dibangun melalui keterkaitan atau penguatan. Mereka juga mengakui pentingnya penguatan (reinforcement) walaupun lebih menekankan pada pemberian balikan (feedback) pada tanggapan yang benar dalam perannya sebagai pendorong (motivator). Walaupun menerima sebagian konsep dari behavioris, para penganut teori kognitif memandang belajar sebagai perbuatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif di mana seseorang memproses dan menyimpan informasi (Good dan Brophy, 1990, hal. 187).

Kognitif: (a) Semua gagasan dan citraan (image) diwakili dalam skema (b) Jika informasi sesuai dengan skema akan diterima, jika tidak akan disesuaikan atau skema yang disesuaikan (c) Belajar merupakan pelibatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif di mana seseorang memproses dan menyimpan informasi.
Konstruktivis
Bertitik tolak dari teori kognitif maka lahirlah pandangan baru tentang teori belajar yaitu konstruktif. Menurut para penganut konstruktif, penge¬tahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang berpikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan menyesuaikan informasi baruatau pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.

Menurut Schuman (1996), konstruktif dikemukakan dengan dasar pemikiran bahwa semua orang membangun pandangannya terhadap dunia melalui pengalaman individual atau skema. Konstruktif menekankan pada menyiapkan peserta didik untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi yang tidak tentu atau ambigus.

Sedangkan Merril (1991) dan Smorgansbord (1997) menyatakan beberapa hal tentang konstruktif yaitu:
• Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
• Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia.
• Belajar merupakan proses yang aktif di mana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
• Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagi informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.
• Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.
Konstruktivis: (a) Belajar merupakan pembangunan pengetahuan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya, (b) Belajar merupakan penafsiran seseorang tentang dunianya, (c) Belajar merupakan proses yang aktif di mana pengetahuan dikembangkan berdasarkan pengalaman dan perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau mencari kesepakatan dari berbagai pandangan melalui interaksi atau kerja sama dengan orang lain.
Kekuatan dan Kelemahan Teori Belajar
Untuk memahami bahwa ketiga teori yang dikemukakan di depan dapat saling melengkapi serta menguatkan, dapat dipelajari kekuatan dan kelemahan masing-masing teori pada tabel berikut:
Peserta didik dpat berada dalam situasi di mana rangsangan (stimulus) dari jawaban yang benar tidak tersedia.
Contoh: peserta didik harus membuang sampah pada tempatnya, tetapi tidak tersedia tempat dan sistem pembuangan sampah.

Peserta didik difokuskan pada tujuan yang jelas sehingga dapat menanggapi secara otomatis.
Contoh: peserta didik mampu menjelaskan sifat-sifat air, maka diharapkan peseerta didik mampu menjawab pertanyaan tentang sifat air.

Kognitif
Peserta didik belajar suatu cara menyelesaikan tugas, tetapi cara yang dipilih belum tentu yang terbaik.
Contoh: peserta didik belajar cara menulis surat dengan cara yang sama, perlu diperhatikan perbedaan selera dalam menulis surat.

Penerapan teori kognitif bertujuan untuk melatih peserta didik agar mampu mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan konsisten.

Contoh: cara belajar peserta didik berbeda-beda, mereka perlu secara rutin dilatih untuk mencapai cara umum yang tepat.
Konstruktif
Dalam keadaan dimana kesepakatan sangat diutamakan, pemikiran dan tindakan terbuka dapat menimbulkan masalah.
Contoh: mengikuti aturan sekolah tidak dapat ditawar dan didiskusikan agar peraturannya dibuat berbeda bagi sekelompok peserta didik tertentu. Mungkin hal itu merupakan gagasan yang konstruktif tetapi akan sulit untuk dilaksanakan kelompok tertentu yang memerlukan layanan khusus.

Peserta didik diajak untuk memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalaman yang berbeda, ia akan lebih mampu untuk mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.
Contoh: bila peserta didik dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, peserta didik akan terlatih untuk dapat menerapkannya dalam situasi yang berbeda atau baru
Berdasarkan tabel di atas, jelaslah bahwa ketiga teori tersebut dapat saling melengkapi. Dalam menyusun tujuan pembelajaran masih diperlukan penerapan teori behavioris agar tujuan dapat dirumuskan dengan jelas. Per¬ubahan perilaku yang diinginkan dan pengkondisian dalam pembelajaran perlu direncanakan. Tetapi hanya menggunakan teori ini belum tepat karena skema berpikir kognitif peserta didik perlu dibangun secara lebih baik.

Model Pembelajaran
Menurut Ryder (2003), model seperti mitos dan metafor, dapat membantu kita memahami sesuatu. Apakah model itu diturunkan oleh seseorang atau merupakan hasil dari penelitian, setiap model menawarkan pemahaman tertentu secara lebih mudah.
Model desain pembelajaran menawarkan struktur dan pemahaman tentang desain pembelajaran. Membuat para pengembang pembelajaran memahami masalah, merinci masalah ke dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran.

Nilai sebuah model pembelajaran ditentukan dalam konteksss yang digunakan. Model mengandung maksud tertentu bagi pengguna, menawarkan penyelesaian dari beban pembelajaran dan menyajikan fokus dan arahan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Model ini dimaksudkan untuk memudahkan para guru melaksana¬kan pembelajaran. Pola pikir yang digunakan adalah perumusan tujuan, penyusunan kegiatan belajar, dan penyusunan kegiatan penilaian untuk mencapai tujuan serta memahami keefektifan kegiatan belajar yang telah dilaksanakan. Termasuk dalam kategori model objektif, behavioris, dan pendekatan modern adalah taksonomi Benyamin Bloom dan desain pembelajaran Robert Gagne pada publikasi bukunya yang pertama: The Conditions of Learning (Gagne, 1965). Penjelasan mengenai model objektif diuraikan pada bagian taksonomi Bloom.

Khusus mengenai Gagne, buku-bukunya yang terakhir The Condi¬tions of Leaming (Gagne, 1970, 1977, 1985) memberikan dasar yang kuat bagi model kognitif yang juga kemudian menjadi acuan bagi para penelaah model pemrosesan informasi. Dalam hal ini teori Robert Gagne berkembang pada teori dasar kognitif yang merupakan bagian dan model posmodern dan pendekatan posmodem. Penjelasan mengenai hal ini diuraikan pada model kondisi pembelajaran Robert Gagne dan model pemrosesan informasi.

Aplikasi model petunjuk adalah penyusunan berbagai petunjuk mengajar dengan rincian: (1) tujuan mengajar yang dirumuskan secara konkret, jelas, dan terukur; (2) kegiatan mengajar yang mencerminkan hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam membimbing peserta didik; (3) sarana dan sumber belajar; serta (4) rincian soal-soal penilaian.

Model Penomenologi

Model ini menekankan pada pengalaman-pengalaman pemrosesan informasi yang perlu diupayakan dalam kegiatan belajar peserta didik. Beberapa ahli yang mengupas model penomenologi adalah John Branstord dengan pembelajaran jangkar (anchored instruction); Bruner, Ausubel, dan Gagne (kognitif); George Miller (pemrosesan informasi); Joseph Novak (peta konsep): Albert Bandura (teori pembelajaran sosial budaya); Martin Ryder (pembelajaran generatif); Jerome Brunner(pembelajaran diskoveri): Montessory (minimalis model): serta para ahli lain yang mengupas model proyek, model pemecahan masalah, model inkuari, model percakapan, model bermain peran, model partisipasi, dan penelitian aksi (action research).

Model Komparasi

Model komparasi mengabungkan model behavioris, kognitif, dan konstruktif dalam suatu kerangka pemikiran. Model komparasi ini tidak mengotak-ngotakkan secara tegas untuk kemudian memilih salah satu secara terpisah, tetapi menentukan kombinasi yang tepat untuk aplikasi yang sesuai dengan keadaan dan konteksss pembelajaran.

Kerangka dasar dari situasi belajar melibatkan pebelajar dan instruktur dalam situasi pemecahan masalah. lnstruktur yang berpeng¬alaman biasanya akan bertanya: Apakah yang perlu diketahui, dilakukan, dan diyakini peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran? Ia kemudian akan menyusun strategi pembelajaran, isi pelajaran yang tepat, dan penilaian yang tepat untuk mendeteksi sejauh mana pembelajaran telah terjadi dengan bermakna.

Taksonomi Bloom

Pada tahun 1950-an Benyamin Bloom memimpin suatu tim yang terdiri atas para ahli psikologi dalam menganalisis perilaku belajar akademik. Hasil pekerjaan tim ini dikenal dengan taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga kategori perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi (overlapping). Ketiga kategori ini disebut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ranah Kognitif

Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan paling rendah ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi. Berikut adalah tingkatan yang dimaksud:

1. Pengetahuan, didefinisikan se¬bagai ingatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan ke¬mampuan awal meliputi kemam¬puan mengetahui sekaligus menyampaikan ingatan bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil dari pengetahuan merupa¬kan tingkatan rendah.

Contoh kata kerja: meniru, menyebutkan, menghafal, mengulang, mengenali, menamakan atau memberi label, mendaftar, mengurutkan, menyadari, menyusun, mengaitkan, dan mereproduksi.

2. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi/bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi/bahan ke materi/bahan lain. Seseorang yang mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan kosakata) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah.

Contoh kata kerja: menjelaskan, mengemukakan, menerangkan, menguraikan, memilih, menunjukkan, menyatakan, memihak, menempatkan, mengenali, menguji ulang, menurunkan, dan menjabarkan.
3. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkret, nyata, atau baru. Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Hasil belajar untuk kemampuan menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman.

Contoh: menerapkan, menggunakan, memilih, menentukan, mendemonstrasikan, mendramatisi, mengajukan permohonan, menafsirkan, mempraktikkan, menjadwalkan, mensketsa, mencari jawaban, dan menulis.

4. Analisis, merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk mengidentifikasi bagian-bagian, menganalisis kaitan antarbagian, serta mengenali atau mengemukakan organisasi dan hubungan antarbagian tersebut. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki kemampuan menganalisis, seseorang harus mampu memahami isi/substansi sekaligus struktur organisasinya.

Contoh kata kerja: membedakan, membandingkan, mengolah, menanganalisis, memberi harga/nilai, menilai, mengategorikan, mengontraskan, mendiversifikasi, mengkritik, mengunggulkan, melakukan pengujian, melakukan percobaan, mempertanyakan, dan mengetes.

5. Sintesis, merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan ini meliputi memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema dan cara mengomunikasikannya, mengajukan proposal penelitian, membuat model atau pola yang mencerminkan struktur yang utuh dan menyeluruh dari keterkaitan pengertian atau informasi abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku kreatif dengan mengutamakan perumusan pola atau struktur yang baru dan unik.

Contoh kata kerja: menyiapkan, menyusun, mengoleksi, menulis, mengubah, mengkonstruksi, menciptakan, merancang, mendesain, merumuskan, membangun, mengelola, mengorganisasikan, merencanakan, mengajukan proposal, membentuk, membuat pola/model, dan menulis.

6. Penilaian, merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai suatu materi (pernyataan, novel, puisi, laporan penelitian) untuk tujuan tertentu. Penilaian didasari dengan kriteria yang terdefinisikan. Kriteria terdefinisi ini mencakup kriteria internal (organisasi) ata kriteria eksternal (terkait dengan tujuan) yang telah ditentukan. Peserta didik dapat menentukan kriteria sendiri atau memperoleh kriteria dari nara sumber. Hasil belajar penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang sarat nilai dan kejelasan kriteria.

Contoh kata kerja: menghargai, menyanggah, menilai, menguji, mengintegrasikan, mempertahankan, meramalkan, mendukung, memilih, dan mengevaluasi.

Ranah Afektif
Taksonomi Krathwohl dalam ranah afektif adalah yang paling populer dan banyak digunakan. Krathwohl mengurutkan ranah afektif berdasarkan penghayatan. Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan seseorang beralih dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengatur perilakunya secara konsisten terhadap sesuatu. Berikut urutan ranah yang dimaksud oleh Krathwohl:

1. Penerimaan, merupakan kesadaran atau kepekaan yang disertai keinginan untuk menenggang atau bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda, atau gejala. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk membedakan dan menerima perbedaan.Contoh: menunjukkan penerimaan dengan mengiyakan, mendengarkan, dan menanggapi sesuatu.

2. Penanggapan, merupakan kemampuan memberikan tanggapan atau respon terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu.
Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen untuk berperan serta berdasarkan penerimaan. Contoh: mematuhi, menuruti, tunduk, mengikuti, mengomentari, bertindak sukarela, mengisi waktu senggang, atau menyambut.

3. Perhitungan atau penilaian, merupakan kemampuan memberi penilaian atau perhitungan terhadap gagasan, bahan, benda, atau gejala. Hasil belajar perhitungan atau penilaian merupakan keinginan untuk diterima, diperhitungkan, dan dinilai orang lain. Contoh: meningkatkan kelancaran berbahasa atau dalam berinteraksi, menyerahkan, melepaskan sesuatu, membantu, menyumbang, mendukung, dan mendebat.

4. Pengaturan atau pengelolaan, merupakan kemampuan mengatur atau mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati Contoh: mendiskusikan, menteorikan, merumuskan, membangun opini, menyeimbangkan, dan menguji.

5. Bermuatan nilai, merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajarnya merupakan perilaku seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab dengan standar niali yang tinggi. Contoh: memperbaiki, membutuhkan, menempatkan pada standar yang tinggi, mencegah, berani menolak, mengelola, dan mencari penyelesaian dari suatu masalah.

Ranah Psikomotor

Anita Harrow mengelola taksonomi ranah psikomotor menurut derajat koordinasi yang meliputi koordinasi ketaksengajaan dan kemampuan yang dilatihkan. Taksonomi ini dimulai dengan refleks yang sederhana pada tingkatan rendah ke gerakan saraf otot yang lebih kompleks pada tingkatan tertinggi. Hierarki ranah psikomotor yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Gerakan refleks, merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus. Contoh: merentangkan, memperluas, melenturkan, meregangkan, dan menyesuaikan postur tubuh dengan keadaan.

2. Gerakan dasar, merupakan pola gerakan yang diwarisi yang berbentuk berdasarkan campuran gerakan refleks dan gerakan yang lebih kompleks. Hasil belajarnya sesuai dengan contoh berikut. Contoh kata kerja: berlari, berjalan, mendorong, menelikung, menggenggam, mencengkram, mencekal, merengut, menyambar, memegang, merebut, menggunakan, atau memanipulasi.

3. Gerakan tanggap (perceptual), merupakan penafsiran terhadap segala rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Hasil belajarnya merupakan kewaspadaan berdasarkan perhitungan dan kecermatan. Contoh: waspada (awas), kecermatan melihat, mendengar dan bergerak, atau ketajaman dalam melihat perbedaan, misalnya pada gerakan terkoordinasi, seperti meloncat, bermain tali, menangkap, menyepak, dan mengalah.

4. Kegiatan fisik, merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan otot, kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara. Hasil belajarnya sesuai dengan contoh berikut. Contoh: semua kegiatan fisik yang memerlukan usaha dalam jangka panjang dan berat, pengerahan otot, gerakan sendi yang cepat, serta gerakan yang cepat dan tepat.

5. Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh. Gerakan tubuh ini merentang dari ekspresi mimik muka sampai dengan gerakan koreografi yang rumit.

















APLIKASI MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
I. PENDAHULUAN
Setelah selesai mengikuti perkuliahan disain pembelajaran, penulis merasa bersyukur mendapatkan pengetahuan baru tentang bagaimana membuat desain pembelajaran dan menerapkan model-model pembelajaran yang ada dan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Namun demikian, penulis merasa sangat kekurangan dalam memahami model-model pembelajaran yang sudah didapatkan secara aplikatif. Perlu waktu dalam mengimplementasikannya di mana penulis mengajar dan berkarya di sekolah. Karena itu dalam makalah ini penulis hanya mengambil contoh model yang paling cocok diterapkan di sekolah saat ini. Pendekatan yang sistematik dan ilmiah disebut desain pembelajaran. Pendekatan ini menurut Twelker (1972) banyak dipengaruhi oleh perkembangan di bidang industri dan militer. Pendekatan ini telah juga berkembang di AS sejak tahun 1950an.
Berbagai macam model pengembangan pembelajaran dikembangkan dengan tujuan :
1. mudah dikomunikasikan kepada calon pemakai, baik guru maupun para pengelola pendidikan
2. memperlihatkan tugas-tugas utama yang harus dikerjakan untuk pengelolaan pembelajaran
3. memperlihatkan struktur semacam matrix antara tujuan belajar dan strategi belajar yang dapat dibandingkan anatar asatu dengan yang lainnya
Montemerlo dan Tennyson (1976) menyatakan adanya 100 buah model pendekatan sistematik dalam pembelajaran ini. Andrews dan Goodson (1980) mengkaji 40 buah model lain lagi. Menurut Logan (1982:5) timbulnya model yang banyak ini disebabkan :
1. Para ahli pendidikan menganggap situasi yang dihadapinya khusus, sehingga perlu pendekatan khusus
2. Kurangnya usaha untuk memvalidasikan model sehingga ada keraguan untuk menerapkan model orang lain.
3. Adanya ketidakpercayaan atau persaingan akademik di antara para ahli yang merasa dirinya ahli dalam bidang pengajaran
4. Adanya model-model yang bersifat luwes sehingga bagian-bagiannya dapat diubah atau dikembangkan lebih lanjut yang akan melahirkan model baru.
5. Adanya model-model yang menghendaki latar dan persyaratan khusus.
Model disain pembelajaran yang paling sederhana meliputi empat langkah Hamreus (1970) dan DeCecco (1968), sedangkan model yang paling terperinci adalah model Abedor (1971) yang terdiri dari 60 langkah yang disebut “Maxi Model”. Semua model itu mengandung langkah dasar yang sama, yaitu model umum sibernetik (cybernetics) yang dikemukakan oleh Banathy (1968).

Model dasar itu digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1: Model Sibernetik Dasar
Masukan diolah untuk menghasilkan sesuai keinginan lalu dibandingkan dengan yang diinginkan, bila terdapat perbedaan maka diolah kembali untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
Istilah pengembangan dan desain sebenarnya mengandung pengertian yang berbeda. Pengembangan pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas karena meliputi desain pembelajaran. Pengembangan pembelajaran adalah : suatu pendekatan sistematik dalam desain, produksi, evaluasi, dan pemanfaatan sistem pembelajaran yang lengkap, meliputi semua komponen system yang tepat dengan suatu pola manajemen untuk menggunakannya; desain pembelajaran merupakan satu tahapan dari pengembangan pembelajaran (AECT, 1986)
Reigeluth (1983) mengatakan bahwa desain pembelajaran merupakan proses yang menentukan metode pembelajaran apa yang terbaik untuk mata pelajaran tertentu bagi siswa tertentu agar mencapai tujuan tertentu.
Model desain pembelajaran

1. Model Peningkatan kemampuan Pengajar berfokus pada peningkatan penegatahuan, keterampilan, sensitivitas dan teknik pembelajaran para pengajar, dan bukannya pada subyek yang mereka ajarkan
2. Model pembuatan produk pembelajaran berfokus untuk menghasilkan paket pembelajaran, baik untuk kegunaan sendiri maupun untuk penggunaan secara meluas termasuk yang diproduksikan secara komersial
3. Model pengembangan system berfokus pada peningkatan system yaitu adanya aktivitas menyeluruh dalam menyusun kurikulum, mata ajaran/mata kuliah, program pengajaran, dan bahan ajaran. Adakalanya pendekatan ini memerlukan perubahan dalam pengelolaan kegiatan belajar dan peranan tenaga pengajar, seperti halnya yang terdapat pada UT.
4. Model peningkatan organisasi : kegiatannya meliputi perubahan pada struktur, kebijaksanaan, dan lingkungan organisasi di mana pembelajaran berlangsung. Model ini lazim dilaksanakan di lembaga diklat pada organisasi tertentu.
Karakteristik model

1. Model PPSI
Dikembangkan oleh Badan Pengembang Pendidikan (BPP) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1972.
2. Model Rekontruksi kuliah
Model ini diciptakan oleh Tjipto Utomo, dan Kees Ruijjter, dan diberi nama “rekontruksi kuliah/kursus” karena ditujukan untuk memperbaiki kuliah yang sudah berjalan di ITB
3. Model Briggs dan Wager
Model ini khusus dibuat untuk kegunaan seseorang tenaga pengajar untuk keperluannya di kelas.
4. Model Gerlach dan Ely
Menurut Gerlach dan Ely langkah awal berupa spesifikasi isi dan tujuan merupakan langkah yang simultan dan merupakan kegiatan interaktif.
5. Model Kemp
Model ini dapat digunakan pada SD sampai perguruan tinggi
6. Model Gentry
Disain pembelajaran model Gentry dikenal dengan singkatan IPDM (Instructional Project Development and Management) mulai diperkenalkan pada tahun 1994 oleh Castelle G. Gentry.
Dari keenam model di atas, penulis lebih tertarik mengembangkan model gentry, yang menurut hemat penulis cocok diterapkan di tempat penulis mengajar. Munculnya model ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain banyak buku-buku teks tentang disain pembelajaran yang cenderung mengabaikan kekurangan hubungan antara proses-proses disain pembelajaran dengan proses-proses pendukungnya (supporting processes).
Banyak para ahli disain pembelajaran mendiskusikan proses-proses disain pembelajaran seperti contoh kebutuhan penilaian, disain, produksi dan implementasi secara detail, tetapi hanya sebagian kecil mendiskusikan proses-proses pendukung dan diskusi biasanya terbatas pada suatu hal yaitu manajemen.
Sebagai seorang instruktur, project manager, dan konsultan Castelle G. Gentry berulang-ulang mencoba mengkaitkan keterhubungan dan saling ketergantungan dua komponen dari proses itu yaitu manajemen, penanganan informasi, komunikasi, perolehan dan alokasi sumber daya, berbagai hal tentang personil, dan penggunaan dari fasilitas-fasilitas proyek.
Menurut Gentry seharusnya buku-buku teks tentang disain pembelajaran mengajarkan para siswa apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Hal ini didasari pada banyaknya buku tentang disain pembelajaran yang hanya memfokuskan pada what needs to be done dan hanya sebagian kecil yang memfokuskan pada how something is done.
Banyak ditemukan guru/instruktur menggunakan metode pengajaran tradisional dimana dalam waktu yang relatif sedikit, mereka secara efektif mengajarkan semua teknik penting untuk penentuan proses suatu model disain pembelajaran. Disisi lain tersedia banyak waktu untuk memperkenalakan disain pembelajaran untuk mengajarkan proses-proses esensial dan teknik-teknik mereka.
Faktor lain yang mendasari munculnya model Gentri yaitu adanya jumlah yang signifikan dari para siswa yang mengambil kursus pengenalan disain pembelajaran yang lengkap tidak akan perlu lagi mengambil kursus-kursus disain pembelajaran tambahan.
Selain hal-hal di atas Gentry juga menyampaikan bahwa hanya usaha minimal yang diperlukan dari para instruktur dan pengembang pembelajaran untuk menghubungkan proses-proses disain pembelajaran umum, proses-proses pendukung, dan teknik-teknik untuk model disain pembelajaran lain yang mereka mungkin disukai.



II. PEMBAHASAN
Disain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas instruksional (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa disain pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk kelengkapan suatu instruksional.
Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan sebagai model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model disain pembelajaran diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan bahwa model disain pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang suatu pendekatan sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif dan efisien dari pembelajaran.
Tujuan dari disain pembelajaran yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan pembelajaran (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007).
Disain pembelajaran model Gentry (IPDM Model) secara skematis dapat digambarkan di bawah ini:
Gambar 1: Disain Pembelajaran model IPDM (Gentry, 1994)
Dari gambar di atas model Gentry terdiri dari dua kelompok/ komponen utama yaitu Development Component dan Supporting . Kedua komponen tersebut dihubungkan oleh adanya komunikasi.
A. Komponen Pengembangan
Komponen pengembangan terdiri dari 8 komponen yaitu: Need analysis, Adoptio, Desig, Production, Prototyping, Installation, Operation, dan Evaluation
1. Analisis kebutuhan (Need analysis)
Proses menetapkan validitas dari kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan untuk keberadaan atau instruksi yang diusulkan, dan menentukan priorotas-prioritas dari semuanya. Terdapat tujuh tahap untuk menentukan analisis kebutuhan, yaitu:
a. Identifikasi masalah: mengumpulkan data untuk menentukan permasalahan-permasalahan atau ketidakcocokan dalam suatu target proses atau produk sistem instruksional.
b. Validasi/mengesahkan masalah: menentukan apakah masalah-masalah yang diedentifikasi adalah masalah yang ril atau hanya merupakan gejala dari sebuah permasalahan.
c. Merumuskan kebutuhan: menterjemahkan permasalahan kedalam statemen kebutuhan
d. Merumuskan tujuan: menterjemahkan kebutuhan kedalam statemen tujuan
e. Menyelaraskan tujuan yang sekatrang dengan tujuan yang baru: mengkombinasikan tujuan-tujuan yang baru dengan suatu program tujuan saat ini dalam suatu daftar.
f. Validasi tujuan-tujuan yang diselaraskan tadi
g. Memprioritaskan tujuan: sudahkah individu atau kelompok sesuai urutan tujuan ditetapkan dalam hal arti penting mereka
Hasil dari bebeapa model analisis kebutuhan yaitu suatu set tujuan-tujuan yang diprioritaskan atau mungkin lebih baik jika disebut ”goal analysis” atau ”goal setting”.
2. Adopsi (Adoption)
Proses menetapkan dukungan dari suatu inovasi oleh para pembuat keputusan, penentu kebijakan, dan hal-hal lain yang dipengaruhi serta memperoleh komitmen sumber daya. Proses adopsi meliputi:
a. Membantu klien-klien dan/atau sistem klien di dalam ”unfreezing” (proses dari klien-klien yang diseleksi, menjadi sadar akan permasalahan dan menjadi berkeinginan mempertimbangkan solusi-solusi potensial)
b. Membantu klien-klien dalam ”appraising” diusulkan perubahan (proses dari klien menaksir ketepatan dari satu solusi, atau dari perubahan, untuk masalah intruksional mereka, dan membandingkan hal itu untuk solusi-solusi potensial yang lain).
c. Membantu klien-klien dalam ” trying out” change (proses menuntun perubahan dari klien atau beberapa subset dari mereka, di dalam sistem mereka).
d. Membantu klien-klien dalam membuat keputusan ”accept/reject” (proses dari klien untuk membuat keputusan lanjut atau tidak tentang suatu inovasi, berdasarkan data percobaan tersebut)
e. Membantu dalam ”refreezing” pada sistem klien (proses tentang kestabilan sistem target sampai klien-klien dengan sukses mengintegrasikan perubahan atau perubahan-perubahan)
3. Disain (design)
Proses menentukan dan menetapkan tujuan, strategi, teknik-teknik, dan media untuk memenuhi tujuan instruksional. Langkah-langkah disain instruksional sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data target audiens (untuk menentukan karakteristik, sehingga instruksi tersebut dapat dikhususkan pada audien yang spesifik).
b. Memperoleh sasaran pelaksanaan dari tujuan yang ditetapkan (untuk menyediakan bimbingan yang tepat di dalam memilih dan mengatur elemen-elemen yang terdapat dalam disain pembelajran)
c. Kategorisasi tujuan pelaksanaan, dan menuliskan beberapa tujuan/sasaran tambahan (untuk memastikan bahwa semua domain yang diinginkan dan tingkat sasaran tujuan tergambarkan dalam disain seperti domain kognitif, afektif, dan psikomotor, serta level masing-masing).
d. Mendapatkan persetujuan ketepatan dari tujuan pelaksanaan (sebagian untuk mendapatkan dukungan untuk instuksi yang diusulkan, tetapi juga memperoleh keuntungan pengetahuan relatif klien bagi tujuan dan isi dari instruksi tersebut).
e. Menetapkan hirarki tingkah laku dari tujuan pelaksnaan (untuk memastikan bahwa pembelajaran prerekuisit ditempatkan sebelum pembelajaran berikutnya.
f. Menulis butir-butir (item) tes dari masing-masing tujuan pelaksanaan (untuk memastikan bahwa tes difokuskan pada tujuan yang spesifik dari isi, stategi, atau media).
g. Melengkapi analisis tugas (task analysis), yang dibantu oleh satu set tujuan pelaksanaan (hal ini selanjutnya tujuan di ” break down” ke dalam hal-hal yang spesifik yang dilakukan oleh seorang pemelajar untuk menunjukan kompetensi)
h. Mengidentifikasi dua atau lebih strategi yang sesuai dengan tujuan instruksional (untuk membantu memilih strategi terbaik yang dipakai dan/atau strategi yang paling praktis).
i. Mengidentifikasi alternatif media cetak atau non cetak yang dapat digunakan untuk menampilkan instruksi (pastikan bahwa isi dan media yang dipilih sesuai dengan tujuan dan strategi)
j. Membandingkan strategi dan media alternatif dari segi keefektifan biaya (masing-masing dipertimbangkan secara bijaksana disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber daya klien)
k. Menuliskan spesifikasi strategi dan media pembelajaran 9untuk membantu personil dalam memperoleh dan atau memproduksi elemen-elemen instruksional yang dibutuhkan).
4. Produksi (Production)
Proses membangun/mengkonstruksi elemen-elemen dari suatu proyek, seperti yang dikhususkan dalam suatu disain atau didasarkan pada suatu data revisi. Prose produksi meliputi:
a. Memperoleh spesifikasi disain untuk instruksional
b. Melengkapi struktur uraian pekerjaan untuk proyek produksi
c. Memecah struktur uraian pekerjaan yang terlalu luas ke dalam sub-sub proyek supaya tepat/pantas
d. Menghitung biaya produksi dari sub-sub proyek
e. Menyesuaikan biaya produksi sub-sub proyek dengan pilihan dan batasan-batasan manajemen.
f. Menetapkan sub-sub proyek (seperti individu-individu yang terlibat, spesialis produksi, dan atau tim produksi)
g. Menejer sub proyek langsung menentukan personil untuk melengkapi elemen-elemen produksi
h. Mengirimkan elemen-elemen produksi kepada tim prototipe
i. Menggunakan dan merevisi spesifikasi disain yang diterima dari tim prototipe untuk modifikasi material instruksional
j. Mengirim master elemen produksi final (akhir) ke tim prototipe.
5. Membuat prototip (Prototyping)
Proses perakitan, uji coba percontohan, mengesahkan, validasi dan menyelesaikan satu unit instruksional. Proses pembuatan prototipe secara garis besar meliputi:
a. Menganalisis tugas pembuiatan prototipe secara spesifik
b. Merakit elemen-elemen prototipe
c. Mengevaluasi prototipe secara formatif
d. Mengkombinasi, mengurutkan dan merevisi elemen-elemen tes
e. Mengevaluasi prototipe secara sumatif
f. Membuat perbaikan
6. Instalasi (Installation)
Proses menetapkan kondisi-kondisi yang perlu untuk operasi efektif dari suatu proses atau produk instruksional baru. Proses ini memuat keputusan pembuat kebijakan, mengidentifikasi dan meyakinkan hal-hal lain yang dipengaruhi, menetapkan suatu struktur dasar, komitmen terhadap sumber daya, mengidentifikasi personil pengiriman instruksional, pelatihan instruksional personil, memelihara kepatutan fasilitas untuk pengiriman produk, dan dukungan klien staff setelah implementasi.
7. Operasi (Operation)
Proses yang secara efektif memelihara aplikasi berkelanjutan dari suatu produk atau prosedur instruksional, setelah instalasi. Proses operasi ini meliputi beberapahal, yaitu: monitoring unit instruksional, memelihara unit-unit instruksional, memeliharatingkat kepantasan sumber daya, pelatihan penempatan personel, dan mengintegrasikan unit-unit instruksional ke dalam sistem.
8. Evaluasi (Evaluation)
Proses mengumpulkan dan menganalisis data dan pemberian nilai pada suatu unit instruksional yang sedang berlangsung, untuk dapat mengambil keputusan berupa pemeliharaan, perbaikan/revisi, dan atau mengeliminasi suatu bagian-bagian tertentu. Proses evaluasi meliputi: identifikasi target evaluasi, memelihara kesepakatan untuk penilaian, mengorganisasi datya hasil evalusi, menindaklanjuti hasil evaluasi, dan melaporkan hasil dan kesimpulan dari evaluasi tersebut.
B. Komponen-komponen Pendukung (Supporting Component)
Komponen pendukung terdiri dari lima komponen yaitu: Management, Information handling, Resource acquisition & allocation, Personnelm dan Facilities.
1. Manajemen (Management)
Proses mengendalikan/mengontrol, mengkoordinasikan, mengintegrasikan, dan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses manajemen mencakup: menganalisis, membiayai, dan penawaran proyek; menentukan perolehan dan alokasi sumber daya, membentuk tim proyek disain pembelajaran, memotivasi personal, menangani pertemuan para staf, menagani proyek informasi, mengkomunikasi informasi, monitoring, menyiapkan uraian kerja proyek, mengevaluasi proses dan produk proyek, mengembangkan kemungkinan rencana, dan menutup suatu proyek.
2. Penanganan informasi (Information Handling)
Proses memilih, mengumpulkan, mengorganisir, menyetorkan, mendapat kembali, mendistribusikan, dan menilai informasi yang diperlukan oleh satu proyek disain pembelajaran. Penanganan informasi meliputi: memilih dan menentukan spesifikasi informasi, menjaga/mengembangkan informasi, mengorganisasi informasi, memelihara informasi, menyampaian/menstransmisi informasi, dan menilai pengaruh dari informasi tersebut.
3. Perolehan dan Alokasi Sumber Daya (Resource Acquisition and Allocation)
Proses ini meliputi: penentuan kebutuhan sumber daya, menyusun anggaran, mengalokasikan sumber dana, pendekatan sumber dana, prioritas sumber dana, strukturisasi proposal untuk sumber daya yang pasti, modifikasi proposal, alokasi sumber daya, dan menutup suatu proyek.
4. Personil (Personnel)
Proses penentuan persyaratan susunan kepegawaian, pencarian/rekrutmen personal, pelatihan pekerja, evaluasi efektivitas dan efisiensi on the job, memotivasi pekerja untuk mencapai standar proyek, konseling dan teguran terhadap pekerja yang memiliki perilaku yang kurang pantas dan pemecatan personil.
5. Fasilitas-fasilitas (Facilities)
Proses untuk mengorganisir dan merenovasi ruang/space untuk disain, implementasi, dan uji coba elemen-elemen instruksional. Hal ini meliputi: penentuan tipe dan kondisi ruang yang dibutuhkan, faktor-faktor umum yang mempengaruhi ruang, penilaian fasilitas-fasilitas yang ada, spesifikasi modifikasi fasiliitas, pembiayaan modifikasi fasilitas, dan implementasi modifikasi fasilitas.
Berdasarkan bagan dan uraian setiap komponen dalam model Gentry di atas, dapat dianalisis bahwa model Gentry merupakan Model Pendekatan Sistem yang terdiri dari dua kelompok yaitu komponen pengembangan (development component) yang terdiri delapan komponen yaitu analisis kebutuhan, adopsi, disain, produksi, prototipe, instalasi, operasi, dan evaluasi dan kelompok yang kedua yaitu komponen pendukung (supporting component) yang terdiri dari lima komponen (manajemen, penangan informasi, pembiayaan/alokasi sumber daya, personil, dan fasilitas).
Menurut Gentry (1994) adanya perubahan pada satu komponen akan mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain.
Hubungan antara komponen pendukung dengan komponen pengembang dapat terjadi jika ada komponen komunikasi. Gentry (1994) menjelaskan model komunikasi dari Shannon & Weaver yang mencakup lima elemen komunikasi, yaitu :
a. Information Source adalah yang memproduksi pesan
b. Transmitter yang menyandikan pesan dalam bentuk sinyal
c. Channel adalah saluran pesan
d. Receiver adalah pihak yang menguraikan/mengkonstruksikan pesan dari sinyal
e. Destination adalah dimana pesan sampai
Gentry tidak memasukkan elemen ke enam dari komunikasi yaitu Noise yang merupakan segala macam gangguan yang mempengaruhi pesan sehingga menyebabkan sinyal yang berbeda dari yang dikirimkan (sifatnya disfungsional).
Proses komunikasi dalam proyek pengembangan instruksional dapat berlangsung secara efektif jika dilakukan beberapa hal, yaitu:
• Mengidentifikasi pengirim dan penerima informasi
• Memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi baik yang positif maupun negatif
• Menentukan makna/arti pesan yang dikomunikasikan
• Adanya feedback pada komunikasi individual
• Menetapkan kebijakan dan aturan komunikasi dengan individu atau kelompok, internal dan eksternal dari proyek tersebut
• Formalisasi prosedur untuk sistem komunikasi
Sistem komunikasi pada proyek disain pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting, karena komunikasi memiliki arti sentral dimana manajemen mengontrol aktivitas-aktivitas suatu proyek. Menurut Severin dan Tankard (1988) jaringan komunikasi harus dipertahankan dan dipelihara jika suatu kelompok ingin tetap berfungsi.
Komunikasi dalam disain pembelajaran model Gentry memegang peranan yang penting karena akan menjembatani komponen pengembangan dan komponen pendukung. Masing-masing komponen mempengaruhi komponen yang lainnya.
Masing-masing komponen di dalam IPDM sengaja mempunyai satu bentuk melingkar, hal ini menekankan bahwa model ini bukan linear. Tanda panah-panah antara komponen-komponen merepresentasikan bagaimana masing-masing komponen berbagi informasi dengan satu sama lain dalam mengirimkan dan menerima informasi.
Kelebihan dan Kekurangan Disain Pembelajaran Model Gentry
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christian Fowler (1996) dan kajian pustaka model Gentry memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain:
Kelebihan:
1. merupakan model disain pembelajaran yang efisien dan komprehensif
2. dapat digunakan untuk pengembangan sistem
3. fleksibel, karena bisa dimulai dari komponen yang mana saya
4. dapat diterapkan di kelas, kursus, pelatihan, maupun organisasi atau perusahaan
Kekurangan:
1. keberhasilan pelaksanaannya sangat tergantung pada komponen pendukung
2. Jika salah satu komponen dalam sistem mengalami hambatan akan sangat mempengaruhi komponen lain dan hasil secara keseluruhan
3. aplikasi model ini cukup berat karena banyak mengandung komponen
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Disain pembelajaran model Gentry yang dikenal dengan Instructional Project Development Management (IPDM) merupakan salah satu disain pembelajaran Model Pendekatan Sistem yang saat ini cocok untuk diterapkan di sekolah.
Model Gentry terdiri dari dua kelompok/komponen utama yaitu komponen pengembangan (Development Component) dan komponen pendukung (Supporting Component) yang dihubungkan oleh komunikasi.
Development Component terdiri dari delapan komponen yaitu: Need analysis, Adoptio, Desig, Production, Prototyping, Installation, Operation, dan Evaluation, sedangkan Supporting Component terdiri dari lima komponen yaitu: Management, Information handling, Resource acquisition & allocation, Personnelm dan Facilities.
Keberhasilan komponen pengembagan sangat dipengaruhi oleh komponen pendukung dan juga komponen pendukung dipengaruhi oleh komponen pengembangan.
Sebagai suatu model disain pembelajaran tentunya model Gentry sama halnya dengan model-model yang lain memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung dari situasi dan kondisi implementasi model tersebut. Karena itu, tidak ada model yang terbaik. Semua model baik tergantung bagaimana kita mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran.

B. Saran
Implementasi disain pembelajaran model Gentry memerlukan dukungan berbagai faktor, oleh karena itu jika model ini akan diterapkan dukungan dana, pengambil kebijakan, kualitas sumber daya materil dan manusia, penguasaan informasi mutlak diperlukan.
Persamaan dari setiap model yang ada dapat digolongkan kedalam tiga kegiatan pokok, yang mana para pengelola di bidang pendidikan harus dapat melakukan kegiatan :
1. Menentukan masalah dalam pembelajaran dan mengorganisasikan alat untuk memecahkan masalah tersebut
2. Menganalisa dan mengembangkan pemecahan masalah
3. Mengevaluasi pemecahan masalah tersebut.
Semua kegiatan tersebut dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan. Adanya sistem umpan balik memungkinkan adanya perbaikan (revisi) sistem instruksional selama dikembangkan. Karena tidak ada satu pun model yaang terbaik, semua sesuai dengan kondisi tertentu.



Konsep Ketuhanan

Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diridan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan diutamakandalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan
Sesungguhnya amalah lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian.
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar, pikir dan akal budi mereka”, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.
Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus.
Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tecermin dalam aturan muamalat dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.
B. Filsafat Ketuhanan dalam Islam
Siapakah Tuhan itu?
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya….?”
Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:
“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.”
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
• Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
• Animisme
Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
• Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.
• Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).
• Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26-27).
2. Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu:
a. Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
b. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
c. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah
Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.




Kamis, 14 Januari 2010

Laporan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radioaktivitas mula-mula ditemukan oleh Becquerel pada tahun 1896. pada tahun1898 Pierre Curie dan Marie Curie telah menemukan bahwa Polonium dan Radium juga memancarkan radiasi-radiasi yang radioaktif. Radiasi-radiasi radioaktif yang dipancarkan oleh elemen-elemen itu mengandung partikel-partikel sebagai berikut:

1. Sinar-sinar α atau partikel-partikel α
2. Sinar-sinar β atau partikel-partikel β
3. Sinar-sinar γ atau partikel-partikel γ
Berdasarkan aturan gaya lorentz,dapat diketahui bahwa sinar α merupakan partikel bermuatan positif,sinar β bermuatan negatif,dan sinar γ merupakan partikel tidak bermuatan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai aktivitas, daya tembus dari keterangan sinar β dan sinar γ maka dilakukan percobaan AKTIVITAS ZAT RADIOAKTIV, selain itu, dari percobaan ini juga akan diamati hubungan jarak sumber radioaktif dengan aktifitas sumber radioaktif.

B. Tujuan Percobaan

1. Menyelidiki aktivitas beberapa zat radioaktif yang memancarkan radiasi β dan γ.
2. Menyelidiki daya tembus sinar beta dan sinar gamma
3. Menyelidiki hubungan jarak sumber dengan aktivitas sumber.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Peristiwa pemancaran sinar-sinar radioaktif dari sebuah inti atom
yang tidak mantap secara spontan disebut radioaktivitas. Gejala radiokativitas sangat berperan dalam pengembangan Fisika nuklir.
Ada tiga aspek radiaktivitas yang luar biasa jika dipandang dari segi fisika klasik:

1. Bila inti mengalami peluruhan alfa dan beta, bilangan atomik Z berubah dan menjadi unsur yang berbeda. Jadi unsur tidak tetap.
2. Energi yang dikeluarkan selama peluruhan radioktif timbul dari inti individual tanpa eksitasi eksternal, bukan seperti radiasi atomik. Bagaimana hal ini terjadi setelah Einstein mengusulkan kesetaraan massa dan energi, barulah teka-teki ini dapat dipahami.
3. Peluruhan radioaktif adalah proses statistik yang memenuhi teori kemungkinan, tidak ada hubungan sebab akibat, yang terkait dalam peluruhan inti, hanya kemungkinan persatuan waktu. Fisika klasik tidak dapat menjelaskan prilaku seperti itu, walaupun hal ini dapat masuk dengan baik dalam kerangka fisika kuantum.

Aktivitas Bahan Radioaktivitas

Inti radioaktif adalah inti yang memancarkan sinar radiokatif (sinar α, β, atau γ). Akibat pemancaran sinar ini, inti radioaktif makin lama makin kecil (meluruh). Laju perubahan inti radioaktif dinamakan aktifitas inti. Semakin besar aktifitasnya semakin banyak inti atom yang meluruh tiap detiknya (catatan aktifitas hanya berhubungan dengan jumlah peluruhan tiap detik, tidak tergantung pada sinar apa yang dipancarkan).
Satuan aktifitas inti adalah curie;
1 curie (Ci) = 3,7 x 10 10 peluruhuan /detik
Aktifitas inti (R), sering dinyatakan dalam besaran λ yang menyatakan probabilitas (peluang) meluruhnya inti tiap detik;
R = λ N.....................................(1)
Dengan N menyatakan banyaknya inti, Jadi jika ada 1023 inti radioaktif dan peluang tiap inti meluruh per detik adalah 10-12 maka aktifitas intinya adalah 1023 x 10-12 = 1011 inti/detik atau sama dengan 2,7 Ci.
Aktifitas inti R dapat juga dipandang sebagai laju perubahan inti radiokatif.
R = - dN/dt .....................................(2)
Tanda negatif menunjukkan bahwa semakin lama N semakin kecil.
Dari persamaan (1) dan (2) kita peroleh :
λ N = - dN/dt
atau λ dt = - dN/N..................................(3)

Anggap ketika t = 0 banyaknya inti adalah No dan pada waktu t banyak inti adalah N.
Dengan mengintegrasi persamaan (3) kita peroleh :

λ dt = -

λ t = - ln N + ln No

- λ t = ln

N = No e .........................(4)

Persamaan (4) dinamakan persamaan peluruhan radioaktif eksponensial. Dimana λ dinamakan konstanta peluruhan. Persamaan ini menunjukkan bagaimana sejumlah bahan radiokatif meluruh terhadap waktu.
Untuk menghitung No suatu inti radioaktif tidaklah mudah oleh karena itu bentuk persamaan (4) haruslah diubah kedalam besaran yang dapat diukur.
Kalikan kedua ruas persamaan (4) dengan λ.
λN = λNo e .........................(5)

dengan Ro = λNo merupakan aktifitas awal dan R = λN

Besaran R dan Ro dapat diukur dengan alat pencacah yaitu dengan mengukur berapa banyak radiasi yang terjadi tiap detiknya.

Salah satu sifat unik dari inti atom adalah kemampuannya bertransformasi seacara spontan dari satu inti dengan nilai Z dan N tertentu ke inti yang lain. Ada tiga jenis radiasi yaitu radiasi α,β dan γ.
Partikel- partikel α adalah atom helium yang terionisasi rangkap yaitu atom-atom helium tanpa kedua elektron. Jadi suatu partikel α bermuatan dua kali muatan inti atom hidrogen dan diberi simbol
Sinar-sinar β terdiri dari elektron-elektron biasa dengan massa sama dengan dari massa suatu proton. Partikel β membawa suatu muatan negatif dan massanya dapat diabaikan dan diberi simbol
Sinar-sianr γ adalah gelombang-gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi lebih tinggi dari sinar x dan tidak bermuatan.
Sifat-sifat umum dari radiasi-radiasi radioaktif:
1. Radiasi-radiasi ini mempunyai daya tembus yang tinggi, radiasi-radiasi itu
Mempengaruhi plat-plat fotografi, menyebabkan sintilasi pada layar-layar yang floresen, menimbulkan panas dan menghasilkan perubahan-perubahan kimia
2. bila radiasi telah dipancarkan maka terbentuklah elemen-elemen baru yang biasanya juga bersifat radioaktif
3. Pemancaran dari radiasi-radiasi adalah spontan
4. pemancaran tidaklah selalu segera tapi dapat meliputi suatu priode waktu.
Radiasi α,β dan γ mempunyai kemampuan menembus bahan yang berbeda-beda. Radiasi inti dapat dipandang sebagai pancaran “peluruhan”. Karena kemampuan menyerap energi dari inti akan berbeda antara bahan yang satu dengan bahan yang lainnya, Daya tembus ini umumnya tunduk pada persamaan.

I = I e ........................................ (6)
= e
ln = lne

ln = -μt

µ = ln (I /I ) ..................................(7)
t

Dengan :

I = Aktivitas Zat radioaktif dengan penghalang
I = Aktivitas Zat radioaktif tanpa penghalang
t = tebal bahan penghalang
µ = koefisien daya tembus bahan

BAB III
METODE PERCOBAAN

A. ALAT DAN BAHAN

1. Tabung Geiger-Muller atau GM tube
2. Platemeter
3. Komputer
4. Sumber radiokatif ( sumber sinar β dan sinar γ)
5. Sampel holder
6. Beberapa bahan penyerap dengan tebal yang berbeda
7. Mikrometer Sekrup

B. PROSEDURE PERCOBAAN

Sebelum menggunakan alat ini untuk melakukan percobaan, perlu diperhatikan tegangan operasional (tegangan kerja) detektor GM tersebut agar detektor berfungsi dengan baik. Tegangan kerja alat ini dapat dipilih dalam rentang tegangan pada daerah plateau alat ini. Untuk itu perlu anda lakukan percobaan pendahuluan untuk mencari Plateau dari detektor G-M tube.

Percobaan 1 : Menentukan Daerah Plateau Detektor G-M Tube

1. Pastikan seluruh komponen telah terhubung dengan baik.
2. Nyalakan ratemeter (pindahkan tombol dari posisi off ke HV)
3. Aktifkan ”program radiation detectoin” pada icon windows dengan cara mengklik dua kali
4. Pilih COM 1 lalu enter. Selanjutnya pilih scaler lalu enter kembali
5. Tekan F1 untuk mengisi waktu pencacahan (1 atau 2 s ), kemudian enter, Tekan F2 untuk mengisi jumlah data yang diinginkan
6. Sekarang komputer dalam posisi siap merekam data dan bila anda menekan enter sekali lagi maka data anda akan terekam di komputer
7. Pilihlah salah satu sumber radioaktif (mis;sumber beta) dan letakkan pada rak sampel 1
8. Putarlah HV ajust secara perlahan untuk menaikkan tegangan detektor sampai mulai terdengar bunyi cacahan. Catat besar tegangan yang ditunjukkan pada ratemeter
9. Selanjutnya catat aktivitas sumber setiap kenaikan 25 volt sebanyak 5 kali hingga tegangan menunjukkan 1000 V dengan mengikuti langkah (c) dan (f) pada tabel pengamatan 1


Percobaan 2 : Mengenal Aktivitas Zat Radiokatif
Sebelum melakukan percobaan 2, analisislah Percobaan 1 untuk menentukan daerah Pleteau detektor G-M Tube yang anda gunakan (agar anda dapat menentukan satu tegangan kerja 25% di sekitar daerah bawah plateau).

1. Pastikan bahwa komputer dengan ”radiation detection program” dalam posisi siap merekam data
2. letakkan salah satu sumber radioaktif (mis: sumber β) dalam rak sample pada posisi 2
3. Ratemeter dalam posisi HV. Putar secara perlahan tombol HV adjust sampai jarum menunjukkan angka tegangan tertentu sesuai yang anda pilih (terdengar bunyi yang cukup beraturan)
4. Tekan enter sekali pada komputer agar cacahan terekam pada komputer
5. Catatlah hasil yang tertulis pada komputer ke dalam tabel pengamatan 2
6. Ulangio langkah 1 sampai 5 untuk sumber radiasi γ dan latar belakang dan cata hasilnya pada tabel pengamatan 2 juga.

Percobaan 3 : Mengukur Daya tembus Sinar Alfa, Beta dan Gamma

1. Pastikan bahwa komputer dengan ” radiaction detection program” dalam posisi siap merekam data
2. letakkan salah satu sumber radioaktif (mis: sumber Beta) dalam rak sampel pada posisi 2
3. Pilih bahan penghalang (mis: Pb) mulai dari yang paling tipis dan letakkanpada posisi 1 dari rak sampel
4. Ratemeter dalam posisi HV, Putar secara perlahan tomb ol HV adjust sampai jarum menunjukkan angka tegangan seperti pada percobaan 2
5. Tekan enter sekali pada komputer agar cacahan terekam pada komputer
6. catatlah hasil yang tertulis pada komputer ke dalam tabel pengamatan 3A
7. Ulangi langkah3-6 untuk bahan Pb dengan tebal yang berbeda, Tebal bahan dapat anda periksa dengan menggunakan micrometer sekrup
8. Ulangi kembali langkah 3-7 tetapi ganti bahan Pb dengan AL
9. Ulangi kembali langkah 2-7 dengan mengganti sumber beta dengan sumber gamma
10. catat data percobaan anda pada tabel pengamatan 3B,3C dan 3D.


Percobaan 4: Hukum Kebalikan Kuadrat

1. Pastikan bahwa komputer dengan ”radiaction detection program” dalam posisi siap merekam data
2. Letakkan salah satu sumber radioaktif (mis: sumber beta) dalam rak sampel pada posisi 1. ukurlah jarak sampel dari ujung G-M Tube ke rak sampel
3. Ratemeter dalam posisi HV. Putar secara perlahan tombol HV adjust sampai jarum menunjukkan angka tegangan seperti pada percobaan 2
4. Tekan enter sekali pada komputer agar cacahan terekam pada komputer
5. Ulangi langkah2-4 dengan mengubah posisi rak sampel dari 1 ke 3 dst. Jangan lupa setiap akan merekam data, komputer sudah dalam posisi siap merekam data
6. Ulangi langkah 2-5 untuk sumber yang lain
7. Catat hasilnya pada tabel pengamatan 4
BAB IV
HASIL PENGAMATAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

A.HASIL PENGAMATAN

1.Tabel Pengamatan 1: Aktivitas beberapa Zat Radioaktif
Sumber Radiasi : Beta Sr-90
Waktu Paruh : 28,6 Tahun


Tegangan Aktivitas Aktivitas Aktivitas Aktivitas Aktivitas Aktivitas rata-rata
(V) 1(CPS) 2(CPS) (CPS)3 4(CPS) 5(CPS) (CPS)
300 1 1 1 1 1 1
325 82 92 98 99 86 91,4
350 89 98 108 85 90 94
375 108 104 103 93 115 104,6
400 107 109 108 104 107 107
425 111 110 99 114 108 108,4
450 110 110 110 110 110 110
475 111 110 113 111 109 110,8
500 111 112 110 112 111 111,2
525 105 107 104 116 125 111,4
550 113 112 107 117 120 113,8
575 119 122 112 118 118 117,8
600 120 121 121 118 117 119,4
625 121 110 123 122 122 119,6
650 118 120 115 117 129 119,8
675 114 122 121 121 123 120,2
700 118 123 120 121 123 121
725 122 122 123 122 123 122,4
750 121 124 122 126 121 122,8
775 123 121 122 124 125 123
800 124 123 124 124 124 123,8
825 125 126 124 121 124 124
850 135 136 137 124 124 131,2
875 142 140 140 139 140 140,2




2. Grafik Hubungan antara tegangan dengan Aktifitas rata-rata


x y
325 216
350 240

Dari grafik nampak bahwa starting potensial 400 volt, daerah plateau antara 400 volt sampai 875 volt dan daerah discharge 875 volt ke atas
Teganga kerja yang dipilih 700 volt. .Percobaan 2
Tabel Pengamatan Zat Radioaktif
Tegangan : 525 Volt

Latar Belakang (CPS) Sumber radiasi gamma (CPS) Sumber radiasi beta (CPS)
1 1 2 5 15 7 96 80 101
1 2 1 12 9 4 104 109 115
1 1 2 9 7 13 86 92 99
2 2 1 5 11 7 96 96 105
1 1 2 10 7 10 103 109 84
1 2 1 3 9 12 99 107 117
3 1 1 7 13 11 110 89 97
2 3 1 10 8 13 107 89 101
2 1 1 16 13 11 90 111 107
1 2 2 17 6 11 120 116 99
3 CPS maksimum 17 CPS maksimum 120 CPS maksimum
1,5
CPS rata-rata 9,70
CPS rata-rata 101,13
CPS rata-rata
0,629
Standar deviasi 3,515
Standar deviasi 10,397
Standar deviasi

a.Sumber radiasi sinar Beta
Rentang CPS Frekuensi
80 - 90 6
91 - 100 8
101 - 110 11
111 - 120 5

b.Sumber radiasi Gamma
Rentang CPS Frekuensi
1 - 5 4
6 – 10 13
11 - 15 11
16 - 20 2



c. Tanpa Sumber Radiasi (Latar Belakang)

Rentang CPS Frekuensi
1 17
2 11
3 2

d. Dari ketiga tabel di atas nampak bahwa sumber radiasi yang paling aktif adalah sinar beta yakni aktifitas rata-ratanya 267,67 CPS sedangkan sinar Gamma aktifitas rata-ratanya 19.79 CPS.

Percobaan 3.
a.Tabel Pengamatan 3A

Sumber radiasi Beta : Sr – 90 Aktivitas tanpa penghalang : 1,5 CPS
Waktu Paruh : 28,6 Thn Jenis penghalang : Timah

Tebal = 1,07mm Tebal
= 2,04 mm Tebal
= 4,31 mm Tebal= 7,30 mm
3 13 7 11 10 4 5 4 7 2 11 10
8 5 7 12 8 13 8 8 4 4 6 4
7 9 11 4 8 9 13 7 10 5 8 8
5 6 10 13 15 5 6 9 3 7 11 8
7 7 8 10 14 9 5 9 10 10 9 5
9 9 7 6 17 10 6 9 10 8 5 8
6 11 7 8 8 6 9 8 9 3 9 7
17 14 8 6 10 6 9 6 5 8 4 12
8 6 17 10 9 18 6 12 5 5 4 7
10 7 5 9 9 5 4 10 12 7 5 5
8,466
CPS rata-rata 9,40
CPS rata-rata 7,60
CPS
rata-rata 6,833
CPS rata-rata
3,308
SD 3,587
SD 2,634
SD 2,560
SD
b.Tabel Pengamatan 3B
Sumber radiasi Beta : Sr -90 Aktivitas tanpa penghalang :267.67 CPS
Waktu : 28,6 y Jenis penghalang : Lead

Tebal = 1,41 mm Tebal = 1,84 mm Tebal = 4,14 mm Tebal = 7,25 mm
1 3 2 4 2 4 1 2 1 1 2 2
4 2 2 2 2 1 3 4 2 2 1 2
1 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2
1 1 2 1 1 3 2 1 1 2 2 1
3 1 1 2 1 3 3 1 1 1 2 2
3 3 2 2 2 1 2 2 1 3 2 1
1 1 2 1 1 1 3 1 1 2 2 2
1 1 1 1 2 2 2 4 1 2 1 1
1 1 2 1 2 3 2 2 2 3 1 2
2 1 2 3 1 1 1 2 1 3 2 1
1,733 CPS rata-rata 1.833 CPS rata-rata 1,767 CPS rata-rata 1,8 CPS rata-rata
0,868 SD 0,913 SD 0,898 SD 0,610 SD

c. Tabel Pengamatan 3C

Sumber radiasi Gamma : CD 60 Aktivitas tampa penghalang : 19.79 CPS Waktu Paruh : 5,27 y Jenis penghalang : AL
Tebal = 1,98 mm Tebal = 2,22 mm Tebal = 2,44 mm Tebal = 3,12 mm
9 9 11 7 9 6 9 8 9 8 13 9
10 12 7 10 14 3 7 12 11 7 7 7
8 5 7 9 11 5 11 12 12 12 10 6
5 10 10 11 10 11 12 11 10 8 11 7
10 12 11 9 11 12 7 9 8 14 17 5
16 10 11 9 13 10 11 12 6 7 10 4
7 8 8 6 12 9 9 11 9 6 8 9
11 15 7 10 8 5 8 5 8 4 9 8
14 12 7 11 9 8 10 8 10 9 6 12
14 6 6 9 12 11 15 11 3 13 10 7
9.6 CPS rata-rata 9.33 CPS rata-rata 9.47 CPS rata-rata 8.77 CPS rata-rata
2.908 SD 2.523 SD 2.460 SD 3.025 SD
d.Tabel Pengamatan 3D
Sumber radiasi Gamma : CD 60 Aktivitas tanpa penghalang :19.79 CPS
Waktu : 5,27 y Jenis penghalang : Lead

Tebal = 1,41 mm Tebal = 1,84 mm Tebal = 4,14 mm Tebal = 7,25 mm
18 14 9 8 11 10 3 9 8 11 6 6
5 7 8 8 10 4 9 9 9 9 6 12
7 7 13 7 8 12 8 8 7 5 6 3
9 9 7 6 11 4 8 12 8 5 3 5
7 6 8 6 12 7 12 4 4 7 12 7
6 8 9 6 7 11 5 10 5 7 9 7
7 13 3 11 4 9 10 8 10 6 11 4
5 8 5 5 13 10 9 8 7 6 6 8
10 8 9 4 12 11 12 9 7 10 8 8
11 7 8 8 10 8 5 9 10 9 4 10
8.37 CPS rata-rata 8.43 CPS rata-rata 8.07 CPS rata-rata 7.2 CPS rata-rata
3.034 SD 2.738 SD 2.333 SD 2.511 SD
Analisa grafik :
1. Jenis radiasi yang memiliki daya tembus yang besar yaitu radiasi Gamma
2. Semakin tebal semakin susah di tembus hal ini dapat dilihat dari semakin kecil intensitas radiasi yang terekam

e. Percobaan 4
Tabel Pengamatan 4A
Sumber Radiasi Beta
Jarak (D) = 4cm Jarak (D) = 3cm Jarak (D) = 2cm Jarak (D) = 1cm
41 40 38 68 60 69 115 111 114 257 254 279
40 29 41 72 69 68 125 114 110 276 262 266
38 34 36 73 68 67 125 119 130 265 262 263
36 39 44 74 63 69 116 122 126 275 259 262
30 39 36 67 65 64 123 116 124 273 266 261
39 40 38 65 62 68 129 121 110 258 241 272
40 37 39 62 67 66 112 130 118 253 257 267
40 36 34 71 60 62 110 128 118 251 250 243
41 37 37 69 66 61 122 118 111 259 262 257
40 40 43 62 74 70 113 120 117 270 267 257
38.07 CPS rata-rata 66.7 CPS rata-rata 118.9 CPS rata-rata 259.9 CPS rata-rata
3.300 SD 4.027 SD 6.310 SD 8.564 SD

Tabel Pengamatan 4B
Sumber Radiasi Gamma
Jarak (D) = 4cm Jarak (D) = 3cm Jarak (D) = 2cm Jarak (D) = 1cm
7 3 8 10 6 10 6 10 14 21 20 16
6 5 6 10 3 8 8 13 9 21 17 28
5 8 4 11 7 5 8 10 9 24 19 18
5 4 5 6 3 12 10 13 12 23 26 15
3 6 2 9 5 8 14 10 13 18 20 17
4 6 8 3 7 5 9 12 9 23 24 19
5 6 9 8 6 8 9 9 15 14 15 21
3 4 4 7 10 4 10 14 10 21 22 24
4 4 5 3 8 10 11 12 11 15 14 12
7 4 4 6 7 6 10 10 12 14 23 21
5.13 CPS rata-rata 7.03 CPS rata-rata 10.7 CPS rata-rata 19.5 CPS rata-rata
1.712 SD 2.526 SD 2.132 SD 4.015 SD
TABEL ANALISA DATA PERCOBAAN 4

SUMBER JARAK (D) (cm) JARAK KUADRAT (D2) CPS RATA-RATA CPS RATA-RATA X (D2)
BETA 1 1 259.9 259.9
2 4 118.9 475.6
3 9 66.7 600.3
4 16 38.07 609.12
GAMMA 1 1 19.5 19.5
2 4 10.7 42.8
3 9 7.03 63.27
4 16 5.13 82.08






























BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

1. Sinar β dan sinar γ memiliki aktivitas yang berbeda yaitu sinar β lebih aktif
dibanding sinar γ.
2. Daya tembus sinar β dan sinar γ berbeda dimana daya tembus sinar γ lebih besar daripada daya tembus sinar Beta
3. Aktifitas sinar Beta dan sinar Gamma berbanding terbalik dengan jarak sumber (sinar Beta dan Gamma)
4. Daya serap terhadap sinar radioaktif bahan Al lebih besar daripada bahan Lead
LAPORAN PRAKTIKUM


AKTIVITAS ZAT RADIOAKTIF
OLEH
PRODI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA UNM
2009